Contoh Proposal ptk





I.JUDUL: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA            MELALUI LATIHAN BERTAHAP  PADA SISWA KELAS  VIII SMP NEGERI 2 PAREPARE

II. BAB I. PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar memegang peran penting dalam mempercepat pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kelak melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini disebabkan karena matematika merupakan ilmu dasar,penata nalar, sistematis dan kritis dalam diri peserta didik.
Dengan peranan matematika yang sangat penting, maka matematika dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada jenjang pendidikan , mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah, bahkan matematika merupakan unsur utama yang sangat penting dalam mempelajari pengetahuan lain.
Namun belajar matematika siswa sering mengeluh bahkan menganggap matematika itu sebagai pelajaran yang sulit, hal ini disebabkan karena matematika mempunyai karakter tersendiri, menyadari hal tersebut seyogyanya guru dalam mengajari matematika harus mampu memperdayakan potensi yang dimiliki dengan merancang beberapa metode, teknik, dan strategi yang tidak monoton pada aktivitas guru/mengajar sehingga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan aktivitas belajar matematika, dengan demikian mereka akan memahami konsep dengan baik dan tahan lama diingatkan dan mampu mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Kenyataan yang penulis temukan di SMP Negeri 2 Parepare menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum dicapai secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada ulangan harian yang dberikan penulis pada saat melakukan penelitian di sekolah tersebut yaitu 54,5 sehingga berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di sekolah tersebut yaitu 65. Hal ini disebabkan karena selama ini mereka jarang mengulang-ulangi soal latihan yang diberikan dan mereka hanya menjadi pendengar serta pencatat informasi yang disampaikan oleh guru sehingga membuat siswa menjadi pasif dan tidak terrmotivasi dalam belajar dan akhirnya berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika siswa tersebut.
Dari berbagai usaha yang telah dilakukan menurut asumsi penulis, salah satu usaha meningkatkan hasil belajar matematika yaitu dapat dilakukan dengan menerapkan pola latihan secara bertahap. Dimulai dari soal-soal yang mudah dilanjutkan soal-soal yang sedang, kemudian dilanjutkan soal-soal yang relatif sulit.
Hamzah (2007: 131) berpendapat bahwa “belajar matematika pada tahap yang lebih tinggi, harus didasarkan pada tahap yang lebih rendah”. latihan secara bertahap perlu dilakukan, sebab memberikan latihan kepada siswa, berarti membiasakan untuk mengulang-ulangi pelajaran melalui latihan keterampilan dalam belajar matematika. Bukan hanya sekedar menghafal tetapi keterampilan dalam menerapkan konsep, baik dengan mengulang konsep yang didapat setelah pelajaran selesai maupun memperbanyak menyelesaikan soal-soal latihan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa hasil belanjar seseorang siswa bukan hanya ditentukan oleh pembelajaran di sekolah, tapi kegiatan belajar di luar sekolah dan tersedianya fasilitas belajar, dan memperbanyak menyelesaikan soal-soal latihan secara bertahap. Dengan penerapan ini maka semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Berdasarkan penomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui latihan Bertahap Pada Siswa  Kelas VIII SMP Negeri 2 Parepare”

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, maka dapat  dirumuskan suatu permasalahan yaitu: “Apakah hasil belajar matematika  dapat ditingkatkan melalui latihan betahap  pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Parepare?”


C.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk  mengetahui bahwa hasil belajar matematika dapat  ditingkatkan melalui  latihan bertahap pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Parepare.

D.      Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.    Bagi Siswa: “Sebagai pendekatan yang baik untuk memahami matematika dengan benar  yang pada akhirnya belajar disertai dengan latihan-latihan  menyelesaikan soal matematika dapat menjadi pola dan kebiasaan siswa”.
2.    Bagi Guru: “Sebagai informasi bagi guru, khususnya guru bidang studi matematika tentang salah satu cara peningkatan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran”.
3.    Bagi Sekolah: “Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan sebagai salah satu  pola atau strategi dalam upaya pembaikan pembelajaran sehingga dapat  menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap sesuai yang diharapkan”.
4.    Bagi Peneliti: “Sebagai bahan pebandingan dalam memberikan informasi bagi peneliti lain dalam bidang yang sama serta bahan pertimbangan  bagi yang berminat mengembangkan penelitian ini diharapakan dpat memperkaya khasana ilmu pengetahuan”.

III. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR 
A.  Kajian  Pustaka
1.    Hakekat Matematika
Secara etimologis perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. Menurut Pailing (Abdurrahman, 2003: 252), ide manusia tentang  matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika hanya perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali, bagi, tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri.
Menurut Hudoyo (1990: 3) bahwa matematika adalah sebagai ilmu mengenai struktur akan mencakup tentang hubungan, pola maupun bentuk, dapat dikatakan matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur dan hubungan dengan konsep-konsep abstrak.
Russefendi ET (Suherman, 2001: 18) mengatakan bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses,dan penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia  dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia,kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis  dan sintesis dengan penalaran didalam stuktur kognitif sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.
James dan James (Suherman, 2001: 18) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika  adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Selanjutnya  Kline (Abdurrahman, 2003: 525) juga mengemukakan bahwa “matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernlar deduktif, tapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.
Johnson dan Rising (Suherman, 2001: 19) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang  logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide  dari pada mengenai bunyi.
Reys (suherman 2001: 19) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan tau poal berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
Kemudian Kline (Suherman,2001: 19) dalam bukunya mengatakan pula bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dlam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu: aritmetika, aljabar, geometri, dan analis. Selain itu matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya bahwa matematika tidak tergantung bidang lain, ini karena matematika sangat sulit dan dan agar dipahami dengat tepat harus menggunakan simbol dan istilah yang cermat disepakati secara bermakna.
Dari berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa  pada hakekatnya matematika merupakan ilmu pengetahuan mengenai struktur yang mencakup  tentang hubungan, pola maupun bentuk, berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), sturuktur dan hubungan dengan konsep-konsep abstrak, yang disusun secara hirarkis, dan penalarannya deduktif.

2.      Hakikat Belajar Matematika
 Dalam Kamus besar Bahasa indonesia (2003: 17), “belajar adalah merubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.
Hamalik (2005: 25) menyatkan bahwa: Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri manusia yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berdasarkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai atau sifat-sifat sosial emosional lainnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Purwanto (2007: 55) mengemukakan belajar merupakan suatu perubahan  yang terjadi karena latihan atau pengalaman, dalam arti  perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil-hasil belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selanjutnya proses pembelajaran untuk mata pelajaran matematika harus  memperhatikan karakteristik matematika. Menurut Gagne (Suherman, 2001: 35) dalam belajar matematika ada dua objek yang harus diperoleh murid, yaitu objek langsung dan objek tak langsung.objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif  terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.
Suherman (2001: 2) mengemukakan beberapa karakteristik matemtika yaitu: matematika sebagai ilmu deduktif menekankan proses pengajaran, matematika harus bersifat deduktif, konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis, dan sistematis, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks, sehingga dalam belajar matematika dibutuhkan ketekunan, keuletan serta rasa cinta terhadap matematika. Karena materi matematika bersifat hirarkis dan tersusun maka dalam belajar matematika, tidak boleh terputus-putus dan urutan materi harus diperhatikan. Artinya perlu mendahulukan belajar tentang konsep matematika  yang mempunyai daya bantu terhadap konsep matematika yang lain.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu proses aktif yang terjadi dalam diri peserta didik dengan adanya pemahaman tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika sehingga peserta didik akan lebih memahami materi dengan jelas. Dan pada hakikatnya belajar matematika asalah suatu proses perubahan tingkah laku secra keseluruhan sebagai hasilpengalaman individu itu sendiri dalam mengepresikan hubungan kuantitatif dan keruangan untuk memudahkan berfikir serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika.

3.        Hasil Belajar Matematika
Sudjana (2002: 4) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. setelah proses belajar maka siswa diharapkan dapat  mencapai tujuan belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar.
Menurut Abdurrahman ( 2003: 37), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Sedangkan Hudoyo  (1990: 139) memberikan batasan  bahwa hasil belajar adalah proses berfikir menyusun hubungan-hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan pengusahaan bahan pelajaran yang dipelajari.
Menurut Benjamin S Bloom (Abdurrahman,  2003: 37) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu Kognitif, efektik, dan fisikomotorik. perinciannya adalah sebagai berikut:
a.         Ranah Kognitif: Berkenaan dengan hasil belajar  intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b.        Ranah Afektif: berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif Meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c.         Ranah Psikomotorik: Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati)
Sedangkan menurut A.Romiszowski (Abdurrahman, 2003: 37) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem  berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance). Menurut Romiszowski, perbuatan merupakan petunjuk  bahwa proses belajar telah terjadi, dan hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam saja, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu (1) pengetahuan dan fakta, (2) pengetahuan tentang prosedur, (3) pengetahuan tentang konsep. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu (1) keterampilan untuk berfikir atau keterampilan kognitif, (2) keterampilan untuk bertindak (motorik), (3) keterampilan bersikap, dan (4) keterampilan beriteraksi.
Beberapa ciri untuk melihat hasil belajar matematika yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar adalah sebagai berikut:
a.         Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah dipelajarinya dalam kurun waktu yang cukup lama.
b.        Siswa  dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang dipelajarinya.
c.         Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep dan prinsip yang telah dipelajarinya.
d.        Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan pelajaran yang lebih lanjut.
e.         Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerja sama dengan siswa lain, berkomunikasi dengan orang lain, dan lain-lain.
f.         Murid memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai kemampuan dan kesanggupan melakukan tugas belajar.
g.        Siswa menguasai bahan yang telah dipelajari minimal 65% dari yang seharusnya dicapai. ( Mufid, 2007: 12).
Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian  penglaman belajar dalam suatu kompetensi dasar,dengan tiga ranah hasil belajar matematika yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik.

4.        Latihan Bertahap dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika
Salah satu prinsip belajar adalah pengulngan atau mengerjakan soal-soal latihan yang ada dalam buku paket atau soal buatan guru, dengan harapan apabila latihan tersebut dikerjakan dengan tekun dapat meningkatkan hasil belajar itu sendiri.
Menurut Slameto  (2003: 28) salah satu syarat keberhasilan adalah repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali  agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.
Latihan bertahap merupakan bentuk penglangan yang dilksanakan setelah kegiatan pembelajaran selesai, artinya setiap akhir pembelajaran siswa diberikan soal-soal latihan yang tingkat kesukarannya bertahap dimulai dari soal-soal mudah sampah kepada soal-soal  latihan yang relatif sulit.

B.       Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan, dapat dilihat bahwa matematika adalah pelajaran yang tersusun secara beruruta, logis dan berjenjang dari yang sederhana ketingkat yang lebih kompleks, dari yang mudah ketingkat yang lebih sulit, sehingga menjadikan belajar matematika memerlukan strategi khusus dalam pelajaran.
Salah satu strategi yang efektif yaitu dapat dilakukan dengan pemberian latihan secara bertahap, yaitu pada setiap akhir pelajaran sisiwa diberi satu atau dua buah soal yang tingkat kesukarannya bertahap dari  soal mudah meningkat kesoal yang relatif sulit.
 Dengan pemberian secara bertahap ini diharapkan dapat memudahkan siswa  mengerjakan prosedur dan operasi dalam metematika secara benar serta mudah dipahami. Persentase atau prekwensi pemahaman belajar siswa dapat meningkat  dari pemahaman maupun pengertiannya akan lebih luas dan mendalam tentang topik dan konsep yang telah diajarkan didalam kelas.
Kerangka berfikir pada pembelajaran ini terlihat pada bagan berikut:

Siswa


Rendahnya hasil belajar matematika

PTK

Latihan Bertahap
 







Meningkatnya hasil Belajar Matematika
 

           

Gambar alur pikir penelitian

C.       Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir diatas  maka hipotesisi dalam penelitian ini adalah “jika diterapkan latihan bertahap  maka hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Parepare dapat ditingkatkan”

BAB III. METODE PENELITIAN
A.      Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas  dengan tahap-tahap pelaksanaan meliputi: Perencanaan, Pelaksanaan, tindakan, observasi, dan Refleksi.

B.       Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Parepare tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 murid dengan kategori 21 murid laki-laki  dan 19 murid perempuan.

C.      Faktor yang Diselidiki
Faktor yang duselidiki dalam penelitian ini adalah:
1.        Faktor Murid: Dengan melihat kehadiran dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2.         Faktor Guru: Dengan melihat kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran dengan teknik pemberian tugas rumah kepada murid.
3.         Faktor Hasil: dengan melihat sejauh mana peningkatan Hasil belajar murid setelah dilakukan teknik pemberian tugas rumah.

D.      Definisi operasional Variabel
Definisi operasonal dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1.        Latihan bertahap yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suati bentuk pengulangan yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran selesai, artinya disetiap akhir pembelajaran siswa diberikan soal-soal latihan yang tingkat kesukarannya bertahap dari soal-soal mudah kemudian soal-soal sedang dan dilanjutkan ke soal-soal yang relatif sulit.
2.        Hasil belajar matematika yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika setelah mengikuti tes setiap akhir siklus.
E.       Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan menggunakan dua siklus  (siklus I dan Siklus II) masing-masing empat kali pertemuan untuk setiap siklus. Sesuai dengan hakiakat penelitian tindakan kelas, maka prosedur pelaksanaan penelitian untuk masing-masing siklus melalui tahap-tahap  (a) Perencanaan, (b) Pelaksanaan tindakan, (c) Observasi, (d) refleksi.
Prosedur penelitian secara terperinci adalah sebagai berikut:
a.         Siklus I
1)   Perencanaan
a)    Telaah kurikulum untuk pelajaran
b)   Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan.
c)    Merancang dan membuat latihan-latihan yang akan diberikan kepada siswa.
d)   Soal latiham dibagi dalam tiga kategori yaitu:
     Kategori-1 : soal-soal dengan kriteria mudah,
     Kategori-2 : soal-soal dengan kriteria sedang,
     Kategori-3 : soal-soal dengan kriteria sulit.
e)    Membuat lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran selama melakukan latihan bertahap.
f)    Mengembangkan instrumen untuk melihat perkembangan siswa setelah melalui latihan bertahap untuk setiap siklus.

2)   Pelaksanaan tindakan  
Dalam pelaksaan tindakan pada siklus ini, dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a)        Menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran.
b)        Setelah siswa dianggap mengerti, selanjutnya diberikan satu atau dua buah contoh soal beserta pemecahannya dipapan tulis, pemecahannya dijelaskan secara terperinci dalam artian tidak akan pindah kelangkah selanjutnya jika langka sebelumnya belum dimengerti siswa.
c)        siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan jika contoh soal yang diberikan belum dimengerti.
d)       setelah siswa dianggap mengerti terhadap terhadap contoh soal yang telah diberikan,selanjutnya mereka diberi satu buah soal latihan yang mirip dengan contoh soal.
e)        sementara siswa mengerjakan soal , guru berkeliling mengawasi siswa.
f)         Apabila pada soal latihan yang diberikan sulit untuk dikuasai siswa, maka guru kembali memberikan contoh soal beserta pemecahannya dipapan tulis.
g)        Setelah siswa mampu mengerjakan soal latihan tersebut, maka diberikan lagi satu buah soal yang relative mirip dengan soal latihan pertama namun kesulitannya sedikit ditingkatkan .
h)        Jika ada diantara siswa yang masih sulit memahami, maka penulis akan memberikan remedial kepada siswa tersebut.
i)          Diakhir pembelajaran, siswadiberikan pekerjaan rumah sebanyak 1-2 nomor dengan catatan soal tersebut merupakan refresentase dari soal latihan yang telah diberikan.
j)          Pada akhir sislus I siswa diberikan tes untuk mengetahui apakah pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan berhasil atau tidak, siswa juga diberikan kesempatan untuk  memberikan masukan berupa kritikan, maupun saran melalui secarik kertas, yang hasilnya nanti akan menjadi acuan pada siklus II.

3)        Observasi
selama kegiatan pembelajaran (tindakan) diadakan pengamatan. Hal-hal yang dicatat meliputi banyaknya siswa aktif,gejala kesulitan siswa yang dihadapi dalam mengkuti pelajaran atau pada saatmengerjakan soal latihan. Selain itu dikumpulkan pula tanggapan siswa, baik yang muncul pada saat proses pembelajaran maupun pada akhir siklus dalam bentuk tertulis.



4)        Refleksi
Hasil yang diperoleh pada saat observasi dikumpulkan dan dianalisis.dan hasil tersebut direfleksi tehadap tindakan yang dilakukan.refleksi yang dimaksud adalah pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara untuk menentukan tindakan pada siklus II dalam rangka pencapaian tujuan akhir.
b.        Siklus II
Kegiatan dalam siklus II berlangsung sebanyak 4 kali pertemuan.kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus II, pada umumnya merupakan pengulangan yang dilakukan pada siklus I, namun demikian sejumlah perubahan pun dilakukan  berupa perbaikan tindakan.hal ini dilakukan berdasarkan hasil observasi dan refleksi terhadap tindakan yang dilakukan pada siklus I.

F.       Instrument Penelitian
Untuk pengambilan data dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa lembar observasi dan tes hasil belajar, instrumen tersebut disusun dan dikembangkan oleh p[eneliti dan divalidasi oleh beberapa validator yang dianggap mengetahui hal tersebut.

G.      Teknik Pengumpulan Data
Dapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1.        Data tentang hasil belajar matematika siswa diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar yang diberikan pada setiap akhir siklus.
2.        Data tentang aktivitas siswa diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.

H.      Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data hasil penelitian digunakan teknik berupa pengambilan hasil belajar yang ditunjukan dengan melihat rata-rata skor yang didapat oleh siswa dengan persentase pencapaian ketuntasan belajar siswa.
Selanjutnya untuk mengukur hasil belajar matematika siswa, digunakan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh departemen pendidikan (Rismawati, 2007: 35) yaitu:
Kemampuan   0% - 34%      atau skor 0-34     dikategorikan sangat rendah
Kemampuan   35% - 44%    atau skor  35-54  dikategorikan rendah
Kemampuan   55% - 64%    atau skor 55-64   dikategorikan sedang
Kemampuan   65% - 84%    atau skor  65-84  dikategorikan tinggi
Kemampuan   85% - 100%  atau skor 85-100  dikategorikan sangat tinggi
Ketuntasan belajar dikategorikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
            Tingkat penguasaan  0%-64%  dikategorikan tidak tuntas.
            Tingkat penguasaan 65%-100% dikategorikan tuntas.
Analisis untuk data hasil observasi  aktivita murid selama pembelajaran  dihitung dengan menggunakan  rumus:   dimana:
            PTa  =   persentase aktifitas murid  untuk melakukan suatu jenis aktivitas
              jumlah jenis aktivitas yang dilakukan siswa  setiap pertemuan.
                        Jumlah seluruh aktivitas  murid setiap pertemuan.
Selanjutnya  nilai rata-rata tersebut dikonversikan  denga kriteria sebagai berikut:

Rata –Rata
Kriteria
1,00 – 1,79
1,80 – 2,79
2,80 – 3,39
3,40 – 4,19
4,20 – 5,00
Sangat Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
( Sumber: Buhaera, 2009 :104 )

I.         Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1.        Meningkatnya skor rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II
2.        Meningkatnya persentase siswa yang tuntas belajar dari siklus I ke siklus II. Siswa dikatakan tuntas secara individual jika mencapai daya serap minimal 65% dengan tuntas secara klasikal jika 85% siswa yang tuntas belajar.

Anda baru saja membaca artikel yang berkategori pendidikan dengan judul Contoh Proposal ptk. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://ruhulbkaimuddin.blogspot.com/2012/06/contoh-proposal-ptk.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown - Minggu, 17 Juni 2012

Belum ada komentar untuk "Contoh Proposal ptk"

Posting Komentar